Tuesday, 25 September 2012

HLS Super Human Pt. 2


Harry's Pov

"JAMIE!!!" I'm yelling her name. And I entry the set. I know that I would breaking the rules. Gua tatap wajahnya, dia pingsan. Gua ngga abis pikir kenapa cewek kayak dia mau aja ikutan thai-boxing kelas berat begini. Dia udah di tinju beberapa kali sebelumnya sampe mukanya bonyok begitu. Dan barusan dia abis dibanting sama gurunya sendiri. That's it. I can't take this anymore. He beat her too much. I grab a pair of boxing gloves, and take off my shirt. Like the other students. And i just relize that Jamie probably the only girl who join this.

"You want to have a match?" the damn coach ask. "I can't take this anymore. You already beat my girlfriend. She's faint right now. Do you know how to treat lady nicely?" I ask him, with my ready position.

Maybe I don't have any experiences to have a boxing match. But I remember when Liam teach me a couple of things of boxing. The technique, the move. I know this is thai-boxing. But what's the different? You have a match mano-e-mano, and you wear the same glove
 "you look like you already have an experiences. I could see that... I think i need a help. Boys!" he shouted his students. Like three of them are ready on the ring. They ready to kick my ass. But i won't let it happend . salah satu dari mereka mencoba untuk menyerang kuping kiri gua. Tapi untungnya Liam pernah mengajarkan bagaimana caranya untuk menghindar dan menangikisnya. Disaat ada celah, gua hajar pelipisnya. *BUUUK* murid yang lain meninju punggung gua, sampai gua  jatuh ke kedua lutut gua. Gua harus menahan rasa sakit ini selama gua bisa. Tapi yang bener aja 2 murid ngeroyokin gua. Tapi permainan masih berjalan. Mereka berdua maju, lalu gua keluarkan kepalan gua ke salah satu dari mereka sekeras yang gua bisa. Tapi yang lainnya menyelip ke belakang mencoba untuk menangkap gua. *BUUKKKK* gua berikan sekiut kiri ku padanya. Tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk merasa puas,karna murid yang ketiga mencoba untuk menjambak rambut Jamie. Dia langsung gua hampiri lalu menendang hidungnya tanpa segan segan. Bisa gua rasakan jempol kaki ku hampir masuk ke lubang hidung murid itu, sampai  tubuhnya terpental kebelakang. Setelah gua menatap wajah Jamie yang dari tadi belum berubah.seseorang menendang gua dari sebelah kanan dan akhirnya gua terpental tepat disebelah Jamie. Gua langsung bangkit bangun dan melindungi Jamie saat 2 murid sisanya  menghampiri Jamie dan mencoba untuk menghajar Jamie yang masih pingsan. Setelah badang berbalik menghadap wajah mereka yang basah kuyup dengan keringat mereka sendiri, mereka langsung menyerang wajah dan perut gua. Tapi selama perempuan yang gua lindungi tidak bangun karna tonjokan. Gua bakal bertahan dan ga bakal membiarkan punggung gua menyentuh ujung hidungnya sedikit pun. Agar dia bisa beristirahat dengan tenang~

 "get up!" teriak salah satu dari mereka setelah puas menyerbu bagian tubuh favorit gua.darah mengalir keluar dari tempatnya. Dada ku mulai sesak hingga membuat gua batuk. Pengelihatan gua mulai kabur. Tapi jika mereka minta dihajar sampe penyok ancur sekalian. Dengan senang hati akan gua lakukan. Akhirnya, gua berdiri, meskipun tidak tegap, karna dada gua yang agak sesak. Lagi lagi gua batuk dan meludahi darah keluar dari mulut gua. Gua ngga peduli mau seberapa banyak darah yang udah gua keluaring hari ini, tapi mereka mencari masalah dengan orang yang salah! Posisi berdiri membuat pengelihatan gua tambah membaik. Mereka berdua maju lagi. Semua pertarungan kosong ini sudah membuat gua muak. Gua hantam anak yang dekat dengan gua yang mencoba menyerang pelipis gua, dia pun pingsan seketika. Sementara yang satu lagi, dengan mudah gua luruskan lengan gua untuk menghantam mukanya saat berlari kearah gua. Dia pun juga pingsan seketika. Maaf bung apabila itu membekas diwajah kalian. Iniilah akibatnya berhadapan dengan cowok paling ganteng. Gua.

"2 goes down, one ran away. Who's next?" gua bilang ke guru bangsat itu sambil membuang darah dari mulut gua. He take off his shirt. I could see his big mucsles and a couple of tattoos. Who cares? I have more than 10 -_-

Dia hanya berdiri disana dan dengan sok, dia mengayunkan jarinya bertanda menantang gua untuk menghajarnya. Gua berlari kearahnya. Bersama kepalan besar gua yang sudah siap untuk mendarat diwajahnya. Saat sampai, dia menahan kepalan gua, meremukkannya dan memutarnya keearah yang salah, sampai terdengar suara patahan dari lengan gua . "AAAKKHHHHHHH".  Setelah puas mendengar rintihan gua, dia pun mendorong gua. "i don't fight. With a blind person full of emotion" katanya sok. Gua mencoba lagi untuk kedua kalinya,  *BUUUKKKKK* dia meninju bahu gua dengan keras.  Sakit, paling sakit dibandingkan rasa sakit yang sebelumnya. Tapi rasa emosi yang gua rasakan saat melihat pelatih homo itu sudah memukul dan membuat Jamie pingsan, gua lupa dengan rasa itu. Gua gak peduli apa yang bakal terjadi sama bahu gua. Gua harus tetap maju sampe gua ga mampu buat melawannya. Gua ga bisa ngebiarin orang sesadis dia bisa puas bikin tepar 2 orang. Gua maju lagi, dengan lengang gua yang sudah lemas. Tapi apa hasilnya? Lutunya menghantam perut gua, sampai sampai aku mundur dan terjatuh guru itu datang dan menekan perut gua kenceng kenceng. Dia meninju pipi gua. "mau bertindak sok pahlawan?" katanya setelah meninju pipi kanan gua.
"ngga usah bertindak sok pahlawan ngga ada gunanya" katanya setelah meninju pipi kiri gua. Gua mulai pusing, pengelihatan gua mulai kabur, gua mencoba untuk mencekiknya tapi tenaga sudah habis karna menghajar 2 murid tadi. "ngga ada gunanya untuk mencoba membunuh saya" katanya dan membantu gua berdiri. *BUUUKK* lututnya menghantam perut gua lagi, "how was it feel kid?" he said. My sight getting worse, and i couldn't answer his bull shit question. "how about this?" dia menghantam perut gua kali ini. Gua batuk sampai mengeluarkan darah dari mulut gua, lalu dia melepaskan gua. Gua terkapar dilantai, pandangan gua tinggal sinar lampu yang dari tadi menyinari ring. Gua pindah pandangan, melihat beberapa murid yang masih senantiasa menonton gua babak belur begini. Lalu Jenna yang diujung ring. Syukurlah dia masih tidur. Gua harap dia bisa selamat dari pelatih homo ini. Badan gua terasa terangkat, guru homo yang tidak tau kehormatan kepada wanita itu mengangkat gua ternyata. Pandangan gua ke bohlam lampu semakin dekat. If I die, I will die in happy mood. Because I was fight and protecting someone I love. Jamie Horan. Dengan pasrah gua memejamkan mata gua, saatnya menunggu. Mudah untuk disadari, ketinggian gua ngga setinggi tadi Gua dibanting ke lantai dari ketinggian yang cukup tinggi.

Jamie's Pov
Goncangan ring membangunkan gua. Bukan berarti gua tidur. Tunggu, Harry tergeletak tanpa baju?.dan beberapa bercak tetasan darah didekat gua. "Harry?" gua mencoba mendekatinya, tapi punggung gua tidak mendukung. Gua hanya bisa merangkak kearahnya. "Harry?" gua memegang kedua pipinya. Alisnya luka, Bagian pelipis kirinya ungu. Dan bekas darah di hidungnya, dan mulutnya merah darah. kedua matanya terpejam.

"inilah yang terjadi bagi orang yang sok pahlawan melindungi orang yang dia sayangi. Itu yang harus kalian tau. Wanita itu tak perlu dilindungi. Kalo dia tidak melawan saya, dia tidak akan babak belur seperti itu" kata pelatih gua. Gua menahan airmata. Gua bangun. Selama guru itu mengoceh kata katanya yang sampah merendahkan perempuan. Gua bersiap dibelakangnya. Mematah matahkan kedua jari gua, dan leher gua kalo perlu siap kuda kuda.
Gua menyolek bahu guru gua. Dia membalik badannya. *BUUUKKKK* tinju gua mendarat dipelipiasnya, itu pertama kalinya gua meninju pelatih  gua sendiri. Dan rasanya? Unexplainable. Dia pun Mundur. "oohhh, bales dendam?" tanya pelatih gua lagi lagi menyombongkan diri. Tanpa sungkan sungkan di menonjok gua. Namun tertangkis dengan lengan gua, meski  tinjunya kerasa, tapi yang penting ketangkis aja, dan tersedia ruangan kosong buat nampol dia. *BUUUKKKK* kena di pelipisnya. Dan ngga cuma sekali, gua belom puas. Tangan bekas gua tangkis gua pake lagi buat ninju pelatih dari bawah. Dagunya terangkat sampai membuatnya mundur sampai di pojok di ring. Mukanya terlihat bingung. Gua tendang sekali lagi dagunya dengan double kick. Sampai dia bersandar di ring. "this is for not respect me" kata gua langsung menendang pelipis kanannya. "and this is for beat up my innocent guy" kata gua bermaksud Harry dengan menendang pelipis kirinya. "and this is for beat up the other students!" kata gua kali ini berteriak dan menendangnya dari atas dan mengenai ujung ubun ubunnya untuk terakhir kalinya sampai dia terbanting. "now you should know you just defeted by young awesome lady. Take that homo!" jawab gua mengeluarkan unek unek gua. Gua meninggalkannya dan menghampiri Harry yang masih tergeletak.
"Harry, Harry?" tidak ada jawaban dari Harry. Menghening. Tapi seorang murid yang gua kenal menunjuk kebelakang gua. Gua menoleh kebelakang bahwa guru gua masih bisa bangun. " Kau tau. Sehebat hebatnya kamu, kamu tidak akan bisa menjatuhkan saya" katanya dengan angkuh. Gua uda muak sama kata kata bull shitnya itu. Gua bangun dan gua jalan kearah dia. Dia mulai meninju gua, tapi kepalannya gua tahan. Dan gua remas sampe remuk dan gua puter kearah yang salah sampai terdengar suaranya,. Akibat emosi gua yang udah berkobar kobar. Gua janji, dia bakal gua tuntut mau gimana pun, emang pelatih homo!

"AAKKHHHHH" dia merintih kesakitan. sengaja gua lepasin tinju lemahnya itu. Selama dia sibuk dengan lengannya. Gua berlari kearahnya, dan langsung melompat ke bahunya, gua apit lehernya dengan selangkangan gua. Setelah gua kunci. Langsung gua salto belakang, dan badannya gua balik. Sampai Jidatnya terbentur dengan lantai,dia tidak sadarkan diri.

 tanpa memperduliakannya entah sadar entah tidak, gua berlari kearah Harry. "Harr, bangun Harr". Tanpa gua sadari tiba tiba ruangan itu menjadi kosong menghening. Apa para penonton hanya mau menonton kita dihajar? Lalu meninggalkan kita saat kita menang? Sial. Gimana caranya gua nyari bala bantuan? Ngga mungkin gua ninggalin Harry lagi sekarat gini. Rasa panik gua membuat gua lupa kalo ternyata gua airmata sudah menetes semenjak melihat wajah babak belur Harry. Gua berusaha berhenti dan menghapus air mata gua. Gua cewek kuat, keren, dan gua baru ngebanting pelatih gua sendiri. Gua ngga boleh nangis! Tapi semua itu sia sia. Air mata gua ngga bisa berhenti mengalir. "Harr, please. For me! Wake up Harr. Wake up!" kata gua ngga tahan lagi sambil menangis. Ngga ada hasil, yang ada gua buang buang tenaga gua. Akhirnya gua mulai lemas, lelah dan menempelkan kening gua ke dada nya. Ngga ada gunanya, semua usaha gua sia sia.
Yang gua  harapkan adalah peristiwa di kisah Rapunzel menjadi kenyataan. Dimana Rapunzel meneteskan airmatanya kepada Eugene yang sedang menghadap ajal. Lalu keajaiban terjadi, luka tusukannya sembuh akibat airmata Rapunzel. Yang benar saja, gua mahasiswa London biasa bisa punya airmata sakti kayak gitu. Ngga ada gunanya gua mengharapkan suatu hal yang mustahil. Gua mulai pasrah, hopeless lah intinya.
*UHUKK UHUUK* suara batuk, terdengar di gendang telinga gua dan dadanya yang bergetar di bawah kening gua. Harry mulai batuk. "Harr? Harr?!" gua bangun, dan melihat Harry membalik badannya dan mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya. Dan dia mengelap mulutnya dengan tangannya. Dan berbaring lagi. "Harr? You still alive?" tanya gua. "ofcourse i am. Ukh, you were pressing my chest, weren't you?" tanya Harry dengan suara serak basahnya yang khas. "no, a little bit. How's you feel?" tanya gua tanpa airmata ngga bisa berhenti turun dari asalnya. "I'm fine, never feel better. Hey Pudd. You're strong girl. Don't cry, okay?" katanya sambil memegang pipi gua yang rada ungu, dan mengusap airmata dari kelopak mata ke pipi gua. Syukurlah dia siuman. Air mata yang gua tetesin ternyata ngga sia sia. "no, i’m not, my eye’s sweating. I won't cry. Stay here. I will find help" kata gua. "no, no. Stay here. With me" kata Harry menarik tangan gua. “Harr, you need some- “i don’t want to die alone. Stay here” potong Harry, membuat airmata gua mau turun lebih deras lagi. Terpaksa gua menemaninya, dia masih berbaring. Tanpa adanya harapan.

Harry : "Pudd?"
Jamie : "yes Harr?"
Harry : "I like your new hair cut. Short, awesome. Who cut it?" (candanya).
Jamie : "that damn teacher did it. What? You like it?" (flip my hair).
Harry : "I love it. I love girl who has short hair. Like you" jawabnya sambil tersenyum.
 Gua hanya tersipu malu dan tidak peduli pipi gua memerah atau tidak. Ini baru pertama kalinya seumur hidup gua blushing, di tengah ring, bekas darah dimana mana. Dan pelatih sialan itu masih tergeletak di pojok ring. Jujur aja gua ngga pernah diginiin sebelumnya.

"Jamie?" kata Harry memanggil gua lagi. "yeah?" "i want to show you something" katanya memanggil gua. "what?" i get closer to him. He pull my neck to get more closer to him. And unfortunately, his lips, touching mine. We kissed, in the middle of the ring. I don't care if I taste any blood in my lips. Dan rasanya, tidak dapat tergambarkan. Dia baik sama gua, dia selalu khawatir, protective ke gua. over kali, buktinya gua tepar kenapa pas gua bangun dia tepar juga? ngga mungkin dia dihajar tiba tiba kan? oke gua mulai sok tau. Tapi bakal gua gambarkan ala kadarnya. Rasanya lebih manis dari pada lolly pop atau cutton candy yang kalian beli disetiap karnaval. Mungkin berasal dari darah. Lebih hangat dari pada teh yorkshire buatan Louis yang disajikan panas panas. Dan indah. Lebih hebat dari pada hanya menerima sekotak coklat dihari valentine. Fantastic, and awesome moment. My first kiss, with a guy like him. Unexplainable.
jika kalian menanyakan berapa lama itu terjadi, semua dimulai semenjak kalian membaca rasa gambarannya. But we don't realize it.

Then, we take it off. "how was it?" tanya Harry sambil tersenyum dan terlihat menahan tawa. "I taste your blood" canda gua dan berpura pura mengusap bibir gua. Jujur aja, kalo dia tidak bercanda, gua ga bakal mengusap bibir ini! "ahahah, sorry. I'll give you the best next time" candanya. Meskipun babak belur, tapi tidak dapat berhenti untuk menghibur gua. Melupakan bahwa sebenarnya kita berada di moment sedih.

Jamie : "Harr, why did you do that?" (i’m serious this time.)
Harry :  "what? You want more. Mu mu mu mu" (memonyongkan bibirnya.)
Jamie : "I'm serious"  (sambil tertawa dan menghentikan monyongan manisnya).
Harry : "because, I want to"
Jamie : "what do you mean you want to?"
Harry :  "I mean, I like you. I love you. Since before we met.  since i know your name, your
             attitude. Niall always told me about you on tour. Then after I meet you. I think i'm in
             love" (memegang dadanya bagaikan drama).
Jamie : "you sure?"
Harry :  "100% yes" (he serious right now).
Jamie : "but Harr, why did you do this. Why did you fight with him?"
Harry :  "basicly, lawan gua 4"

Pantes waktu gua liat 2 orang bergeletak begitu saja didalam dan diluar ring, but what happend to another student?.

Jamie :  "the forth guy?"
Harry :  "he was ran away. But that's okay. Selama lo ngga dihajar lagi. Gua ikhlas"
Jamie :  "for a reason Harr, why did you do that?"
Harry :  "I want to be your Hero, Pudd. I want to be your superman. The only man
              that you have".
Jamie : "Harr, you don't have to fight. You're not super hero, you're human
Harry :  "I may not a superman. But for you I'd be super human :)"

 Mata gua memerah menahan haru karna perbuatannya. "uhh, don't cry. Come here" kata Harry menarik leher gua lagi. Tapi itu tidak terjadi lagi. Semenjak beberapa tim medis datang, murid murid thai-boxing, 2 orang polisi. Dan boys yang baru muncul. Kita berdua segera ditangani malam itu. Gua dan Harry beserta murid lainnya langsung melapor sekaligus menuntut pelatih homo tadi. Semenjak lirikan kita berdua di malam itu, sepertinya rahasia kita berdua tidak akan bertahan lama :D

-end-


- Mila^^ xx

No comments:

Post a Comment